Persoalannya, kadang ada yang merasa sudah “memaafkan”, tetapi sebenarnya belum memaafkan yang sesungguhnya !
Memang benar…kata memaafkan sangat mudah untuk diucapkan, tetapi melaksanakannya sangat sulit. Apalagi masih ada rasa dongkol ha…ha…ha… Dendam kesumbet, eh…. salah… kesumat, masih wajar… manusia… he…he…he… Yang penting, mau belajar untuk selalu bisa membuka hati, dengan tulus memaafkan orang lain !
Hm…kata “memaafkan”…. sederhana sekali yah… tapi memang sangat2 sulit untuk dipraktekkan. Dibutuhkan jiwa yang besar untuk bisa “benar-benar” memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain terhadap diri kita. Mungkin… karena penggunaan kata “Pembalasan Dendam” terlalu vulgar buat didengar / dibaca / dipahami. Jadi bisa menimbulkan kesan yang seram !!!
Sebenarnya, makna yangg bisa ditangkap dari kata-kata tersebut di atas adalah, apabila ada seseorang yang pernah berbuat salah pada diri kita, akan tetapi kita tidak membalasnya dengan dendam / kebencian, namun justru dengan “memaafkan”nya. Biasanya efek yang timbul bagi si pembuat kesalahan adalah merasa “sungkan” dan jadi “ngak enak hati”, kadang justru perasaan bersalah tersebut menjadi sebuah “senjata makan tuan” bagi si pelaku. Apalagi jika si korban justru sebaliknya, membalasnya dengan senyuman dan tetap berbuat baik terhadap si pelaku yang sudah berbuat kesalahan. Ini menjadi “pukulan” secara halus bagi si pelaku itu sendiri, tanpa harus dilakukan dengan cara membalas dendam / dengan kebencian.
Adapun mengenai kondisi “melupakan”, rasanya sih memang sulit untuk dilakukan. Karena di dalam memori otak yang bersangkutan, pasti akan tetap tersimpan. Tapi… karena sudah memaafkan dengan ikhlas, semua memori negatif tersebut tidak muncul ke permukaan pikiran dan menjadi sebuah emosi negatif yang mengganggu. jadi… betapapun sulitnya, memang jauh lebih indah apabila kita mencoba untuk belajar saling memaafkan dan mengampuni dari pada membalas dengan dendam dan kebencian.
Seperti kata pepatah “kalah jadi abu… menang jadi arang !!!”, maka kedua belah pihak akan dirugikan bila saling menyimpan dendam dan kebencian. Namun dibalik kata “memaafkan”, kita juga harus tetap waspada dengan menggunakan WU, jangan sampai kita menjadi pihak yang “dimanfaatkan” karena sifat kita yang terlalu “pemaaf”, sehingga terkesan lemah dan tidak tegas !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar